Kamis, 03 September 2009

AMIN/AMEN


Salamun-alaikum,

Beberapa waktu lalu banyak yang bertanya kepada si orang awam ini tentang maksud, tujuan serta asal-muasal dari penyebutan kata “amin” di akhir pembacaan surat al Fatihah dalam shalat dan pada setiap penutup doa-doa. Ada yang bertanya karena tidak tahu, atau juga ada yang nekad menyatakan pendapat. Tetapi pada intinya sama; mereka semua sama bodohnya dengan si orang awam ini, yang tidak menemukan satu literatur pun dalam sistem informasi Al Qur’an. Aneh juga, kenapa sesuatu yang tidak tercantum pada Al Qur’an, tapi mampu memenuhi ruang transedental kita, dengan semerbak yang jauh dari terminologi harum? Ohh, ternyata kata “amin” ini didapat dengan cara yang ilegal, dan dengan semangat sok tau : di mana akhirnya kata Amin diketemukan berasal dari bahasa Ibrani, yang berarti “pasti” atau “benar”, sebagaimana yang diterangkan dalam Perjanjian Lama, Kitab 1 Tawarikh 16.36 berikut ini :

“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya. Maka seluruh umat mengatakan: “Amin” Pujilah Tuhan!” .

Begitu pula yang terdapat dalam kitab Injil, Wahyu, 20-21 :

“Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”

“Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.”

Pengucapan amin di dalam tradisi Islam yang didasarkan pada sebuah hadits yang berasal dari Abu Hurairah itu ternyata sama sekali tidak mempunyai landasan dalam Al Qur’an. Jadi kalau begitu, apa tidak lebih baik jika kita terima saja anggapan kalau Islam banyak mendapat asupan dari ajaran-ajaran sebelumnya, dibandingkan tidak mengaku sama sekali dan malah menuduh pihak-pihak lain yang menganut paham Al Qur’an murni sebagai pro Kristen atau antek Yahudi. Apa lagi kata Abu Hurairah, barangsiapa yang mengucapkan kata amin di akhir surat Al Fatihah dan kemudian bersamaan waktunya dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosa-dosanya – dan kemudian masuk surga. Enak ya?

Akhirnya kata amin diucapkan berulang-ulang dalam setiap doa yang dilakukan umat Islam. Mimbar-mimbar, mesjid-mesjid, rumah-rumah, ruang-ruang dan lapangan-lapangan dipenuhi oleh seruan orang yang membalas doa-doa yang disampaikan oleh ustadz, ulama dan para pemimpin lainnya. Simaklah dengan apa yang diajarkan Al Qur’an berikut ini:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.” (Q.S.10.9)

Doa mereka di dalamnya ialah “Subhanakallahumma, dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdulillahi Rabbil’alamin.” (Q.S.10.10)

Betapa dahsyat ilmu hipnotis yang dipakai oleh pihak pembuat skenario dan sekaligus menyutradarai dari kesimpang-siuran akidah ini. Dan sangatlah hebat teknik-teknik pemutarbalikan fakta – sejarah, mitos dan syariat -- yang selama ini mereka gunakan, sehingga mampu menggelapkan dan menebar ketidakwarasan orang-orang Islam di seluruh dunia. Dan kembali, kata iman menjadi kunci bagi alasan diturunkannya surat tersebut. Sangat wajar jika banyak kaum tidak beriman yang mengucapkan amin sebagai penutup doa-doanya.

Oya, ada yang lebih sadis dan mengerikan lagi kalau informasi seputar “amin” atau amen kita teruskan. Bayangkan, ternyata amen adalah sebutan suci terhadap salah satu berhala, yang berasal dari peradaban Mesir Kuno di daerah Karnac. Makhluk aneh itu dikenal dengan panggilan agung “Amen” (Ra). Gambarnya mantap lagi, karena memperlihatkan “beliau” yang sedang berdiri dengan kedua telapak tangan yang saling menutup di dada (mirip orang yang sedang berdiri shalat).

Penjelasan lebih lengkap tentang Amin/Amen ini ada di dalam e-book 'REKONSTRUKSI KEIMANAN'.

3 komentar:

  1. Shalom
    gue sebenernya udah tau kalo agama islam itu agama yang maen tempel dan ambil seenak jidatnya sendiri. ngaku-ngaku dibawa sama nabi palsu tapi nyatanya diyakini sebagai sabdanya. ini baru dari kata amin belon yang laen. terus korek kebobrokan agama islam bang, ane dukung. eh ngomong-ngomong antum agamanya apa? wekekek

    BalasHapus
  2. Salamun-alaykum,
    Alhamdulillah, antum beragama Islam tulen bro. Mhh, agama Islam ngga bobrok. Kita hanya keliru ketika mulai menapaki segala sesuatunya. Maklumlah, kecuali yang berasal dari Allah, rasanya tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Semuanya serba nisbi dan relatif. Jadi kalau sejarah membuat suatu keliruan di dalam perjalanannya, dan kebetulan, seluruh esensi kesejarahannya diyakini kebenarannya oleh kebanyakan umat manusia, maka yakinlah, selalu akan ada pihak yang meluruskannya.

    Rasulullah bukanlah nabi palsu, sebagaimana bentukan keyakinan lucu anda. Beliau sama konkritnya dengan keberadaan anda di dunia ini. Hanya yang membedakan; Muhammad terbebas dari segala hawa nafsu yang menjerumuskan, sementara anda terpenjara oleh nafsu angkara anda sendiri. Demikianlah.
    Andy Luthfi Hilman

    BalasHapus
  3. bener sob... Kita ga akan tahu kebenaran jika tdk benar2 mempelajari dan mendalami suatu keyakinan yg masing2 kita peluk. Jadi jgn mudah menyalahkan suatu keyakinan. Maka hati2 dgn yg kita ucapkan. Malahan kita sndiri yg brada pd ksalahan tsb.

    BalasHapus