Kamis, 03 September 2009

SOSOK MUHAMMAD

Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan". (Q.S.25.30)

Kenalkah pembaca dengan pribadi pengeluh tadi. Yang kesedihannya saja mampu membuat seluruh malaikat menangis dan alam raya menjadi berduka karenanya? Siapakah yang berani membuatnya merintih. Yang dengan hanya meminta kesediaan Kekasihnya saja ia bisa membuat dunia menjadi kiamat seketika? Apa yang dia bela dengan mempertaruhkan seluruh hidupnya, padahal yang dengan itu ia malah mengalami penderitaan yang sangat panjang. Siapakah manusia pengeluh yang istimewa itu. Yang kalau saja dia mau maka seluruh dunia beserta penghuninya mampu bertekuk lutut di hadapannya?

Dia bukan siapa-siapa. Dia hanyalah seorang manusia biasa, yang kehadirannya di muka bumi ini banyak yang tidak menghendakinya. Dia ditolak dimana-mana, dan dia terus dihinakan oleh sebagian besar orang yang mengaku dirinya sebagai mahluk-mahluk yang mencintainya – bahkan lama setelah ketiadaannya. Dia dikucilkan bagaikan seorang berpenyakit kusta, dan dia dihianati oleh manusia-manusia bodoh yang tidak mengenal akan dirinya. Di akhir kehidupannya, manusia jujur itu lalu dikebumikan oleh kedustaan dan kepalsuan sepanjang masa.

Siapakah sosok misterius itu, yang eksistensi kehidupannya menjadi kutub magnet dunia – bahkan menjadi pusatnya bumi. Dan yang dalam kebisuannya saja menjadikan dunia dipenuhi oleh suaranya? Hanya dia seorang yang mau memenjarakan hidupnya dalam kenestapaan tak terperi. Tidak ada manusia lain yang secara sukarela mau menenggelamkan hidupnya, hanya demi menjalankan sebuah misi kehidupan yang nyaris sia-sia.

Siapakah dia, yang dengan sujud dan simpuhnya mampu mengundang kehadiran Sang Rabb Pencipta Alam, dan yang dengan kidung sunyinya bisa menyelamatkan dunia dari kegelapan serta keruntuhan.

Dialah manusia hening yang menghingar-bingarkan alam raya, dengan suara-suara tak sedap. Dialah manusia yang penuh kesenyapan, yang dengan diamnya ternyata tak mampu membungkam kehidupan. Dia bernama Muhammad


********************

Kita membicarakan sebuah spirit atau ruh agung, yang keberadaannya terasingkan dari dunia, tetapi bukan diasingkan oleh dunia. Dan kita akan memandang sebuah wajah yang mampu mengalahkan kecemerlangan sejuta kerlip bintang. Bukan dikarenakan oleh ketampanannya, melainkan dari keelokan pekertinya – yang menjadi panutan seluruh alam semesta.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S.33.21)

Kemanakah orang-orang pembuat sejarah tentang revolusi Che Guevara, yang dipuja-puji oleh banyak pihak? Datangkanlah mereka ke hadapan Muhammad, manusia pengusung revolusi kebenaran dan keadilan – dalam kesempurnaan wujud manusia. Pencetus peralihan peradaban di jazirah Arab menuju ke alam kesempurnaan manusia.

Dan dimanakah manusia-manusia yang selama ini membuat sejarah tentang Muhammad, yang kata-katanya begitu kering, kaku dan nyaris tak bernyawa. Padahal sosok yang ditulisnya itu seorang pahlawan yang menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan, dan dia adalah alasan bagi diciptakannya dunia beserta seisinya. Apakah mereka kehabisan kata-kata untuk memaknai perjuangannya, ataukah mereka sudah kehilangan inspirasi untuk meraih idealisasinya?

Sama halnya dengan para pecinta dan pemuja Muhammad yang bertebaran di muka bumi, para penulis sejarah Rasulullah terkena sindrom persepsi. Mereka semua dibiaskan oleh opini-opini yang dikembangkan melalui kebencian membabi-buta. Pelakunya adalah orang-orang yang memujanya, namun sekaligus yang menikamnya juga dari belakang. Itulah realitas misterius Muhammad, seorang Nabi dan Rasul yang sangat dicintai umatnya, namun sekaligus dihinakan eksistensinya. Jarang ada yang mengetahui kalau sejarah Muhammad adalah sejarah yang berisi kebencian, dendam, intrik, penghianatan dan kepalsuan-kepalsuan.

Rasul itu berdo`a: "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku." (Q.S.23.39).

Tak ada yang mendengar, apalagi mempedulikan jeritan yang menyayat kalbu itu, karena Muhammad berteriak dalam hening. Ia melolong sakit dalam kehampaan ruang udara, sehingga hanya semesta raya yang mampu meresponnya. Perhatikanlah Kata-Kata penghibur dari Allah,:

“Allah berfirman: “Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.” (Q.S.23.40).

“Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebinasaanlah orang-orang yang zalim itu.” (Q.S.23.41).

“Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain.” (Q.S.23.42).

Jiwa Muhammad bukanlah terangkai atas angkara murka, dan tidak juga nafsu. Ia tidak suka dengan kebinasaan, dan oleh karenanya ia pun menolak “tawaran” simpatik Allah untuk mengganti umatnya yang sangat menyebalkan itu dengan umat-umat lain yang kualitasnya jauh lebih baik.. Tidak ada keinginannya untuk menggantikan umat yang sangat dicintainya itu. Yang hingga di detik-detik hayatnya pun ia tetap memikirkan keberadaan umatnya, di mana dalam dekapan Ali bin Abi Thalib beliau masih sempat menyatakan kecemasannya, “umatku, umatku….,” Sebelum akhirnya sang raga melepas kepergian ruh sucinya.

Adakah kerupawanan jiwa lainnya yang mampu menyaingi keelokan akhlak semulia itu? Masihkah ada yang berani menyatakan kenal dengan Muhammad, kalau orang bersangkutan tidak mengetahui kalau kecintaan Muhammad kepada umatnya itu dibawa hingga ke akhir hayat?

Masihkah ada yang berani menyatakan kenal dengan Muhammad kalau ia tidak mengetahui kebungkamannya, ketika beliau menolak tawaran Allah untuk menggantikan umatnya dengan umat yang baru – dan yang jauh lebih patuh?

Tidak, tak ada yang mengetahui secara pasti sosok yang misterius itu. Semua mitos yang berbicara tentang dirinya adalah bohong belaka. Segala riwayat yang berhubungan dengan dirinya hanyalah kisah rekaan saja, imajinatif, yang cuma bisa meraba-raba. Dalam kegelapan.

Muhammad adalah pribadi yang hening, yang kata-katanya bening laksana embun pagi. Ia tak banyak bicara, karena udara dari napasnya yang semerbak akan membuat surga hilang keharumannya. Muhammad sangat jauh berbeda dengan nabi Isa, yang jeritan serta lengkingannya ketika sedang disalib sangat jelas terdengar di udara bebas, dan sangat nyata:

“Eloy, eloy, lama sabakhtani.,”-- Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau tinggalkan aku? (Markus 15.34).

Nuansanya seperti ada nada penyesalan dan kesan yang menyalahkan – meskipun tidak seperti itu pastinya.

Keluhan Rasulullah dalam ayat Al Mukminun ayat 39 tadi “Ditulis” sendiri oleh Allah, yakni untuk memberi tahu umat Muhammad bahwa Rasul-Nya itu telah membuat suatu keputusan yang sangat heroik dan luhur -- suatu hal yang tidak mampu dilakukan oleh Musa :

“Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih." (Q.S.10.88).

Atau nabi-nabi yang lain, :

“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih,” (Q.S.25.37).

“dan (Kami binasakan) kaum `Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.” (Q.S.25.38).

“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya)” (Q.S.68.48).

“Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.”(Q.S.26.139).

“Kemudian Kami binasakan yang lain.” (Q.S.26.172).

Muhammad bungkan seribu basa. Tak ada yang keluar satu patah pun kata dari mulutnya yang suci. Dia hanya bisa melengking dalam diam. Dan karenanya, untuk menunjukkan respek dan kekaguman kepada Muhammad, Allah memerintahkan Malaikat dan seluruh alam semesta untuk bershalawat kepadanya.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S.33.56)

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Q.S.33.57)

Kepiluan Rasulullah bukanlah kepiluan yang didramatisir dan membutuhkan pelepasan. Karena kepedihan itu hanya berasal dari ketidakmampuan umatnya untuk sekedar bisa mengenalnya dan kemudian memahaminya. Tidak ada penyesalan dalam dirinya yang suci, dan tidak ada dendam dalam kalbunya yang lembut -- meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Muhammad terlalu mencintai umatnya, sehingga ketika ia tidak mampu lagi mengekspresikan rasa pedihnya, ia pun menjerit, dengan lengkingan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Namun Allah Maha Mendengar, dan bisa memahami kegelisahannya. Tapi Yang Maha Bijaksana sudah mengetahui jawaban dari wujud ruh kesempurnaan yang Ia ciptakan sendiri.

Manusia pendiam itu berduka, karena umat yang dicintainya menginterpretasikan dirinya sebagai orang yang nyinyir, cerewet dan banyak bicara. Dia semakin terdiam begitu mengetahui kalau ada sekitar 600.000 ucapannya yang dicatat umatnya. Alangkah bahagianya Muhammad seandainya saja hal itu benar-benar terjadi, bahwa catatan tersebut menunjukkan bukti kecintaan umat kepada dirinya. Tapi itu tidak pernah terjadi, karena sesungguhnyalah, Muhammad adalah pribadi yang hening, dan “bahasanya” jauh berbeda dengan bahasa umatnya. Tidak aneh, kalau pada kenyataannya sang umat tidak mampu mengenalinya.

“Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?” (Q.S.23.69)

Mengingat :

“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S.53.4).

Wahai, mengertikah kita semua dengan frasa ucapannya itu? Alangkah harum dan segarnya setiap seruan yang disampaikan Muhammad, karena segala apa yang diucapkannya (every single word he said) semuanya adalah wahyu, dan yang keluar dari mulutnya hanyalah kebenaran serta keadilan-Nya. Apa tidak berlebihan jika dikatakan kalau harum mulutnya mengalahkan aroma surga? Bandingkanlah dengan hadist, yang keberadaannya justru malah menutup pintu surga dan membuka lebar-lebar pintu neraka, karena sifatnya yang hanya berisikan penyesatan dan pelbagai macam pendustaan.

1 komentar:

  1. Ass.wr.wb.
    Saya sangat terkesan dengan seluruh esay yang ditulis di dalam blog ini dan saya harus memuji dan mengacungkan jempol setingginya kepada orang2 yg terlibat didalamnya.

    Semua isinya bagus dan buat saya bergetar membaca satu per satu artikel yang ada. Suami saya pun ikut membaca dan kami sepakat bahwa sudah terjadi sesuatu yang salah dimasa lalu dalam banyak hal.

    Kita berdua jadi ingin tau seperti apa buku yang akan terbit nanti karena sekarangpun kita jadi bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi dimasa lalu

    BalasHapus