Kamis, 10 September 2009

KATA PENGANTAR

Salamun-alaikum,

Saudara-saudara sesama muslim, dengan segala kerendahan hati perkenankan saya yang awam, Hilman untuk memperkenalkan blog ini kehadapan antum semua. Bukan hendak berpamer ilmu apalagi berkeinginan untuk berkonfrontasi, selain mengajak berikhtiar bersama demi memperoleh ridha atas kebenaran-Nya.

Blog yang diberi nama “Rekonstruksi Keimanan” ini (sama dengan judul e-book yang kami buat) didedikasikan kepada mereka yang berjuang dalam mengais pencerahan yang terselamatkan. Dan sesungguhnyalah ini bukan tentang omong-kosong yang tanpa isi atau sebuah isi yang tak berbingkai makna, melainkan keniscayaan tentang arti pencerahan yang sebenarnya. Sehingga sangat wajar apabila dalam proses penggalian terhadap setiap kebenaran akan terdapat kontroversi atau pertentangan, mengingat eksplorasi kebenaran secara telanjang pastinya secara tidak sengaja atau tidak langsung bisa membuat salah satu pihak merasa tertikam.

Gempa-gempa kecil atau besar sekalipun bisa saja terjadi dalam pikiran dan perasaan orang-orang yang tergoda atau terpengaruh untuk menyimak blog ini. Mungkin bukan suatu kekeliruan yang buruk, selain menjadikannya sebagai penyesalan yang panjang: kenapa gak dari dulu bikin blog kaya gini??? Pernyataan ini sama sekali tidak bermaksud narcist atau sombong, karena di zaman ini, yang namanya kebenaran butuh power image yang digelembungkan – hampir sama dengan fitrah penyimpangan dan penyesatan.

Karena, bagaimana orang bisa mengenal kebenaran dengan cara yang biasa, kalau iklan serta promo penyimpangan dan penyesatan dilakukan dengan cara-cara yang luar biasa?

Demikianlah, kami akan mempresentasikan kebenaran-kebenaran Al Qur’an dalam blog ini, yang boleh jadi akan membuat banyak orang terhenyak dan terbelalak tak percaya, demi mengetahui kalau selama ini umat Islam sudah hidup dalam kamuflase keimanan. Kita semua, semua, sudah dibohongi oleh sejarah-sejarah palsu.

Selamat menikmati perjalanan keimanan, yang pastinya akan membuat anda keleyengan.

2 komentar:

  1. Salam,

    Kembali kepada Quran adalah langkah penting dalam koreksi keimanan..

    Namun, hal itu akan menjadi sia-sia jika anda tidak mengimani dan mentaati rasul yang telah dibangkitkan Tuhan di zaman ini.. coba cek 4:150-151

    Salam

    BalasHapus
  2. Salamun Bung Sakti,

    Terima kasih telah bersedia hadir di blog ini dan memberi komentarnya yang lugas dan tanpa basa-basi.

    Tentu saja saya akan mengimani Rasul zaman dengan kerasulannya sebagaimana yang banyak diterangkan di dalam Al Qur'an. Tetapi persoalannya tidaklah semudah itu. Karena saya harus berhati-hati dalam mencermati kehadiran seorang rasul zaman dan kemudian memverifikasinya dengan segala energi transendental (baca keimanan) yang saya miliki.

    Apakah anda ingin saya beriman kepada Ahmad Musaddeq atau Rasul Abraham Santiago yang mengaku-aku sebagai Rasul zaman ini, dan yang diakui oleh para pengikutnya masing-masing?

    Saya sangat bersyukur dengan teguran dan himbauan Bung Sakti, meskipun untuk saat ini dengan berat hati terpaksa saya tolak, karena prioritas saya bukanlah kepada recognition of the prophet, melainkan kepada paradigma segenap umat Islam yang -- jangankan mengakui keberadaan seorang Rasul Zaman -- mengimani Al Qur'an pun tidak. Ini kan suatu hal yang "ngenes" (baca tragis), karena bagaimana mereka mau mengakui eksistensi Rasul zaman ini kalau mereka saja tidak beriman kepada Al Qur'an, dan mengingkari kebenarannya???

    Demikianlah.....
    Salamun-alaikum bima sabartum

    BalasHapus