Kamis, 03 September 2009

HADIST MI'RAJ

Salamun-alaikum,
Ada yang seru nih. Heboh dan unbelieveable aja pokoknya. Ini berhubungan dengan Mi’raj Nabi kita ke sidratul muntaha sewaktu menerima perintah shalat untuk pertama kalinya. Konon, Allah sendiri yang meminta beliau untuk mendatangi-Nya.

Maksud dari penuturan kami tentang perintah shalat ini adalah untuk menunjukkan salah satu contoh hadist-hadist Israiliyat yang sudah begitu mendarah-daging dan yang sangat diyakini kebenarannya oleh umat Islam sampai sekarang, yaitu tentang peristiwa Isra-Mi’raj. Memang saat ini sudah banyak pihak yang disadarkan bahwa Isra-Mi’raj itu berasal dari riwayat hadist yang dibuat secara asal-asalan. Tetapi masalahnya, mengapa perayaan Isra-Mi’raj tetap saja dilaksanakan umat Islam secara serentak dengan segala upacara kebesarannya?

Meyakini peristiwa Mi’raj adalah kufur, dan hanya orang-orang yang tidak beriman saja yang masih mau meyakini adanya peristiwa Mi’raj tersebut. Kita hanya akan menyoroti peristiwa Mi’raj, karena peristiwa Isra secara jelas digambarkan di dalam Al Qur’an :

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S.7.1).

Hadist Mi’raj sebenarnya ingin menyatakan kepada dunia bahwa nabi Muhammad atau Islam berada di bawah hegemoni nabi Musa (Yahudi) dan nabi Isa (Kristen), di mana ketika nabi mendapat perintah shalat yang 50 waktu dari Allah, nabi Musa langsung menyuruh Rasullullah agar meminta dispensasi dari Allah, karena dengan alasan bahwa umat Islam tidak akan mampu melaksanakannya. Namun begitu Allah bersedia menurunkan perintah tersebut menjadi hanya 25 saja, giliran nabi Isa (pada riwayat lain masih nabi Musa) yang menganjurkan Rasulullah meminta penurunan jumlah shalat lagi. Dan ketika Allah lagi-lagi mengabulkan permintaan nabi Muhammad dengan hanya memerintahkan shalat 5 waktu, lagi-lagi Musa melarangnya (dalam riwayat lain nabi Isa atau nabi-nabi lainnya) karena masih dianggap terlalu berat. Namun Rasulullah keberatan dengan saran Musa yang terakhir itu – dengan alasan malu kepada Allah -- sehingga dilaksanakanlah shalat yang 5 waktu itu hingga saat ini.

Allah memberikan manusia dengan akal budi yang sempurna. Tapi kalau masih bisa dibuai dan dikelabui oleh cerita dongengan semacam itu, sepertinya sia-sia saja anugerah tersebut. Tahukah antum alasannya, mengapa orang-orang yang meyakini dan ikut menyemarakkan acara Isra-Mi’raj itu dianggap kufur dan tidak beriman? Pertama, dengan meyakini itu berarti kita bersepakat bahwa Allah tidak determinan (menentukan) terhadap perintahnya, tidak berketetapan dan tidak konsisten. Bagaimana Allah yang Maha Berkehendak, Maha Berkuasa, dan Maha Menentukan atas segala sesuatunya bisa dinegosiasikan keputusannya oleh makhluk? Apa hak Muhammad bernegosiasi dengan Allah, dan apakah dia berani untuk berbuat seperti itu? Kedua, di mana kredibilitas Muhammad kalau sampai mau “disuruh” Musa dan Isa untuk meminta kebijakan Allah, karena bukankah Muhammad adalah nabi akhir zaman dan risalah yang dibawanya pun merupakan penyempurnaan dari kitab-kitab yang dibawa oleh Musa dan Isa? Ketiga, kalau hanya soal waktu shalat, bukankah di Al Quran sudah ada penjelasan tentang waktu-waktu yang sudah ditetapkan-Nya? Keempat, apa hak nabi Musa dan nabi Isa bertanya-tanya tentang hasil audiensi Allah dan nabi Muhammad. Mengapa bukan nabi Ibrahim atau nabi Adam yang menginterogasi nabi Muhammad? Kelima, apa Allah tidak akan murka kalau mengetahui bahwa perintah-Nya dianulir oleh nabi Musa dan nabi Isa? Dan keenam, alangkah lucunya membayangkan nabi Muhammad berboncengan dengan malaikat Jibril dalam kendaraan Bouraq, yang katanya, doi berkepala manusia dan berbadan hewan.

Subhanakumullah, sadarkah umat Islam kalau sudah diperdaya, dikelabui dan juga dipermainkan dengan hadist-hadist yang menghinakan seperti ini? Dimanakah akal dan intelektualitas kita kalau dengan “permainan” keji seperti itu saja kita sudah ditaklukan? Pantaskah kita menyandang predikat sebagai khalifah di muka bumi dengan kenyataan-kenyataan kekalahan seperti tadi? Alangkah memalukan dan menyedihkannya umat ini, yang hanya untuk mengidentifikasi shalat yang lima waktu saja harus melacurkan diri kepada hadist-hadist yang mengadopsi petualangan para nabi orang Yahudi dan Kristen.

Kenalkah anda dengan Allah. Kenalkah anda dengan Rasulullah serta Al Quran? Sengaja kalimat-kalimat pertanyaan ini disinisin, yakni supaya kita selalu sadar tentang adanya kewajiban agar mengenal lebih jauh tentang Allah, Rasulullah dan Al Quran, karena hanya dengan cara otokritik seperti inilah kita akan mendapatkan jawaban-jawaban yang konkret. Ternyata memang, kita lebih mengenal kekeras-hatian dan kekepala-batuan kita dibandingkan mengenal keagungan serta keadilan Allah, Muhammad dan Al Qur’an.

Lagi marah sama pembuat hadist Mi’raj
Kampung halaman, 26 Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar